Trading
Pengertian Bubble Economy
Bubble Economy adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana harga aset atau pasar tertentu mengalami kenaikan yang sangat cepat dan jauh melampaui nilai intrinsiknya, akibat dari spekulasi yang tidak rasional.
Bubble terjadi ketika permintaan terhadap aset tertentu, seperti properti, saham, atau komoditas, meningkat secara berlebihan, yang pada akhirnya menciptakan lonjakan harga yang tidak sejalan dengan fundamental ekonomi.
Pada suatu titik, gelembung ini pecah, menyebabkan penurunan tajam harga aset dan sering kali diikuti oleh krisis ekonomi.
Jenis-Jenis Bubble Economy
Terdapat beberapa jenis bubble economy berdasarkan aset atau sektor yang terkena dampaknya:
1. Housing Bubble
Terjadi ketika harga properti atau perumahan meningkat secara berlebihan karena spekulasi atau kredit yang mudah diakses. Ketika bubble ini pecah, harga properti jatuh drastis, meninggalkan banyak pemilik rumah dengan aset yang nilainya lebih rendah dari jumlah pinjaman mereka. Contoh terkenal dari jenis ini adalah Subprime Mortgage Crisis di Amerika Serikat pada 2008.
2. Stock Market Bubble
Terjadi ketika harga saham meningkat dengan sangat cepat tanpa didukung oleh pertumbuhan fundamental perusahaan. Para investor terus membeli saham karena ekspektasi kenaikan harga yang terus-menerus, namun ketika bubble pecah, harga saham jatuh drastis. Contoh dari stock market bubble adalah Dot-com Bubble pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an.
3. Commodity Bubble
Terjadi ketika harga komoditas, seperti minyak atau logam mulia, mengalami kenaikan harga yang tidak normal akibat spekulasi berlebihan. Ketika permintaan turun atau pasokan meningkat secara drastis, harga komoditas akan jatuh.
4. Cryptocurrency Bubble
Bubble ini terjadi di pasar mata uang digital, seperti Bitcoin. Gelembung ini didorong oleh spekulasi besar-besaran dan ekspektasi keuntungan cepat, sering kali tanpa dukungan dari adopsi luas atau penggunaan nyata. Cryptocurrency bubble pernah terjadi pada tahun 2017 ketika harga Bitcoin melonjak sebelum akhirnya jatuh drastis.
Faktor Penyebab Bubble Economy
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terbentuknya bubble economy:
1. Spekulasi Berlebihan
Investor sering kali membeli aset berdasarkan ekspektasi kenaikan harga, bukan berdasarkan fundamental ekonomi. Spekulasi ini menyebabkan peningkatan permintaan dan harga yang tidak wajar.
2. Ketersediaan Kredit Mudah
Ketika suku bunga rendah atau kebijakan moneter terlalu longgar, akses ke pinjaman menjadi lebih mudah, sehingga banyak investor dapat meminjam uang untuk berinvestasi dalam aset tertentu, yang pada gilirannya meningkatkan harga aset tersebut.
3. Psikologi Pasar
FOMO (Fear of Missing Out) atau ketakutan tertinggal keuntungan sering mendorong investor untuk membeli aset yang sedang naik, bahkan tanpa melakukan analisis yang memadai, yang semakin memperparah kenaikan harga.
4. Kebijakan Pemerintah Tidak Tepat
Kebijakan moneter dan fiskal yang tidak tepat dapat mendorong terbentuknya bubble. Misalnya, subsidi yang terlalu besar untuk sektor tertentu atau deregulasi yang berlebihan dapat menyebabkan harga aset di sektor tersebut naik secara tidak terkendali.
5. Euforia Pasar
Ketika investor terlalu optimistis mengenai masa depan aset atau sektor tertentu, mereka cenderung mengabaikan risiko dan terus membeli, meskipun harga sudah jauh melampaui nilai wajar.
Insiden Japan Bubble Economy
Japan Bubble Economy adalah salah satu contoh paling terkenal dari bubble economy dalam sejarah modern. Pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, ekonomi Jepang mengalami kenaikan luar biasa dalam harga properti dan pasar saham. Bubble ini didorong oleh beberapa faktor:
1. Kebijakan Moneter Longgar
Bank of Japan menurunkan suku bunga pada pertengahan 1980-an untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Suku bunga rendah membuat kredit sangat mudah diakses, sehingga investor mulai membeli aset seperti properti dan saham dalam jumlah besar.
2. Spekulasi Real Estate dan Saham
Harga properti di Jepang, terutama di Tokyo, melonjak hingga mencapai tingkat yang sangat tidak rasional. Pada puncaknya, harga tanah di Tokyo diperkirakan lebih mahal dari seluruh Amerika Serikat. Pasar saham juga mengalami kenaikan luar biasa, di mana indeks Nikkei 225 mencapai rekor tertinggi pada Desember 1989.
3. Pecahnya Bubble
Pada awal 1990-an, Bank of Japan mulai menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi dan spekulasi. Akibatnya, harga aset mulai turun. Harga properti jatuh drastis, dan pasar saham mengalami penurunan tajam. Pecahnya bubble ini menyebabkan krisis ekonomi yang dikenal sebagai "The Lost Decade," di mana ekonomi Jepang stagnan selama lebih dari sepuluh tahun.